Jakarta, Newsroom.id – Tensi perang Rusia dan Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda menurun, justru eskalasi pertempuran disejumlah wilayah ukraina meningkat.
Peralatan tempur berat terus dikerahkan oleh kedua kubu baik dari rusia maupun ukraina. Dikutip dari New York Times, hanya 2 minggu secara masif senjata Ukraina hancur lebur ditangan pasukan rusia.
Ukraina kehilangan senjata yang dipasok Amerika Serikat (AS) senilai hampir US$10 miliar atau sekitar Rp150 triliun dalam serangan balasannya terhadap Rusia.
Tidak ada data resmi yang menyebutkan, namun diperkirakan 80 persen persenjataan ukraina yang dipasok oleh Amerika Serikat (AS) dipastikan hancur lebur ditangan pasukan Rusia
Hal ini berdasarkan perkiraan kasar New York Times pada bulan Juli, bahwa sekitar 20 persen persenjataan yang dipasok Barat dirusak atau dihancurkan oleh Rusia dalam dua minggu pertama serangan balasan Ukraina.
Dilansir dari Eurasian Times, sejak Rusia memulai operasi militer pada awal tahun 2022 melawan Ukraina karena langkahnya untuk bergabung dengan NATO, AS telah memberikan bantuan militer lebih dari US$47 miliar atau sekitar Rp714 triliun kepada Kyiv.
Ini untuk membantu pasukan Ukraina menahan pasukan Rusia, tetapi tidak cukup untuk mencapai tujuan Kyiv untuk merebut kembali seluruh wilayah Ukraina.
“Dan permintaan Gedung Putih untuk tambahan dana sebesar US$13 miliar untuk bantuan militer ke Ukraina merupakan pengakuan bahwa bantuan tersebut harus terus berlanjut pada masa mendatang,” kata laporan itu.
Bantuan militer dari AS ini mencakup senjata dan kendaraan paling kuat dan mahal dalam inventaris AS, termasuk tank tempur M1 Abrams, sistem pertahanan rudal Patriot, dan peluncur roket HIMARS.
Bantuan ini tidak seperti bantuan pada bulan-bulan awal perang Rusia-Ukraina ketika kekhawatiran akan eskalasi membatasi jenis peralatan yang diberikan.
Sumber Berita : New York Times