NewsRoom.id – Pada masa transisi, pemerintahan Joko Widodo harus memberikan ruang fiskal yang cukup dan memberikan kesempatan kepada rezim Prabowo Subianto untuk menyesuaikan postur anggarannya ke depan melalui mekanisme APBN Perubahan.
DPR mempertanyakan target defisit dalam Rancangan APBN 2025 yang terlalu lebar dan mendekati batas aman.
Dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2025 yang diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pemerintah menetapkan defisit fiskal RAPBN tahun 2025 pada kisaran 2,45-2,82 persen dari produk domestik bruto ( PDB).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Setelah menerapkan disiplin fiskal yang sangat ketat selama tiga tahun terakhir, pemerintah kembali memperlebar target defisit fiskal pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN tahun 2025 menjadi 2,5 persen. Ruang fiskal yang lebih longgar dalam APBN Transisi diperlukan untuk mengakomodasi program-program pemerintahan baru.
Seperti diketahui, APBN tahun 2025 disusun oleh pemerintahan Joko Widodo, namun akan dilaksanakan oleh pemerintahan berikutnya yang akan mulai menjabat pada Oktober 2024. Sejauh ini, berdasarkan hasil real count KPU, Prabowo Pasangan Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapat suara terbanyak.
Beberapa hari lalu tim transisi Prabowo Subianto mendatangi kantor Kementerian Keuangan, disorot publik karena tim transisi bergerak tanpa koalisi.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen Solidaritas Merah Putih (SOLMET) Kamaludin menyebut kedatangan mereka dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi sejumlah program yang akan dilaksanakan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sangat tepat.
“Iya, menurut saya, tim ini pasti ditugaskan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk melakukan sinkronisasi dengan sejumlah lembaga pemerintah terkait. Ini adalah tim Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran yang diminta Presiden terpilih untuk melakukan sinkronisasi. bersama kementerian untuk mempersiapkan proses pemerintahan setelah dilantik pada 20 Oktober,” jelas Kamaludin kepada NewsRoom.id, Selasa (11/6/2024).
Kamaludin menilai, tujuan gugus tugas ini merupakan upaya efisiensi dari Prabowo-Gibran agar setelah dilantik bisa segera menjalankan programnya.
“Beliau (Prabowo) berharap proses sinkronisasi ini berjalan dengan baik, karena beliau ingin pemerintahan selanjutnya tidak terlalu lama dalam proses transisinya, sehingga terjadi komunikasi, koordinasi, dan sinkronisasi. Karena pemerintahan yang akan datang ingin mempercepat pelaksanaannya” Program ini merupakan janji kampanye kami pada pemilu lalu,” kata Kamaludin.
Kamaludin mengatakan, tim ini akan terus mengunjungi sejumlah kementerian terkait, demi kelancaran proses sinkronisasi pemerintahan baru hingga tahap pelantikan tiba.
“Sebaiknya sisa waktu hingga pelantikan, mengenai koordinasi dan sinkronisasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Keuangan dan beberapa menteri diharapkan dapat melakukan persiapan yang matang untuk mendukung program tersebut,” kata Kamaludin. (BJP)
Terkait
Sumber Berita: Narsum
NewsRoom.id