NewsRoom.id – Pemerintah meluncurkan bank tanah agar masyarakat bisa melakukan investasi tanah jangka panjang. Kehadiran bank tanah ini menuai protes keras dari sejumlah elemen masyarakat di tengah krisis ekonomi yang terjadi saat ini.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pakar ekonomi Faisal Basri justru mempertanyakan untuk siapa bank tanah itu diperuntukkan. Sebab, dia menilai bank tanah justru ditelan pengusaha besar, bukan rakyat.
Apalagi adanya kewajiban masyarakat membeli rumah melalui kebijakan Tapera yang secara sepihak memotong gaji pegawai negeri dan swasta. Hal ini dinilai pemerintah ceroboh dalam mencari sumber dana.
Untuk siapa bank tanah itu? Bank tanah itu bukan untuk perumahan rakyat, tapi untuk investasi pengusaha besar. Jadi, wow, ini terlalu berlebihan. “Di tengah menurunnya daya beli cenderung melemah, ditambah lagi ada Drakula baru yang menghisap darah masyarakat, 2,5 persen dari gajinya, jadi itu terlalu banyak,” kata Faisal Basri, dikutip dari akun YouTube Novel Baswedan bertema tersebut. Hilirisasi Proyek Sesat dan Omong kosong. Bersiaplah Menghadapi Badai. Tsunami PHK? , Senin (17/6).
Sementara itu, kata Faisal Basri, ada pengusaha ternama di PIK dan BSD yang proyeknya sudah diberi status atau cap proyek strategis nasional (PSN).
Mereka mendapat berbagai fasilitas dari negara, termasuk fasilitas keamanan karena dianggap sebagai objek vital. Serta kemudahan kebutuhan impor melalui bebas bea masuk ke Indonesia.
Yang mana yang penting? Hal yang lebih penting bagi pertanian baru adalah mereka mempunyai fasilitas untuk membuat daftar impor. Kebutuhan impornya dapat dipenuhi, direalisasikan terhadap bea masuk. Itulah yang terjadi selama ini. Semua fasilitas disediakan. demi sang idola investasi,” ujarnya.
Disinggung mengenai kriteria PSN, Faisal menjelaskan PSN harus mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja, memiliki pendapatan ekspor yang tinggi, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan nasional, termasuk pendapatan pajak.
Namun nyatanya hal tersebut tidak terjadi di sejumlah proyek berlabel PSN.
“Nah, kalau kita lihat PIK misalnya, kontribusinya apa? Ada pekerjanya, mungkin saat pembangunan ada satpamnya. Tapi secara nasional kecil sekali. Lalu ekspor yang tidak diekspor, perumahan, saya tidak. tidak tahu, katanya.
“Kemudian di BSD. Apa kontribusinya? Apa strateginya? “Misalnya mereka pionir smart city, pakai energi bersih, itu tidak terjadi sama sekali, jadi terserah mau berani bayar berapa,” tutupnya.
NewsRoom.id