NewsRoom.id – Kasus kematian Afif Maulana hingga kini belum tuntas dan masih menjadi perhatian publik. Bahkan, sebagian masyarakat menilai banyak kejanggalan dalam kasus kematian Afif yang diduga tewas akibat penyiksaan polisi.
Namun, baru-baru ini terungkap ucapan Afif kepada sahabatnya sebelum meninggal dunia.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Sahabat Afif, Aditya, menceritakan momen sebelum Afif meninggal dunia atau ditemukan mengambang di bawah Jembatan Kuranji, Padang, pada 9 Juni lalu.
Aditya mengatakan, pada malam nahas itu, dirinya sedang membonceng Afif Maulana. Saat itu, dirinya bertemu dengan polisi yang tengah berpatroli untuk mencegah terjadinya tawuran.
Saat itu, mereka terlibat kejar-kejaran dengan polisi yang sedang patroli, sebelum polisi tersebut – kata Aditya – menendang motor yang dikendarainya bersama Afif Maulana yang menyebabkan keduanya terjatuh. “Polisi langsung menghampiri Adit, motor Adit ditendang.
“Saya digulingkan Afif,” kata Aditya, dikutip tvOnenews.com dari berbagai sumber, Jumat (12/7/2024).
Setelah itu, masih menurut pengakuan Aditya, ia dan Afif sedang berada di dekat trotoar jembatan. Saat itulah, kata Aditya, Afif mengajaknya untuk melompat ke kolong jembatan.
Namun, Adit menolak ajakan tersebut. “Afif bilang ke Adit, 'Bang, lompat aja, bang', 'Udah, menyerah aja, jangan lompat-lompat, oke, bang',” kata Aditya.
Aditya mengatakan, saat ditangkap, dirinya tidak melihat Afif Maulana. “Ada enam orang yang ditangkap, Afif tidak ada di sana. Afif hanya ngobrol di jembatan, Pak,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, kasus meninggalnya Afif Maulana (13), siswi SMP asal Padang, Sumatera Barat, terus menyita perhatian publik dengan sejumlah kontroversi yang disampaikan keluarganya.
Baru-baru ini, Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Sumbar) membantah tudingan adanya penyerangan yang dilakukan keluarga Afif Maulana.
Pasalnya, Kapolda Sumbar Irjen Suharyono mengakui pihaknya menemukan sejumlah bukti jika Afif Maulana tewas setelah diduga melompat dari Jembatan Sungai Kuranji usai ketahuan hendak ikut tawuran.
Tak hanya itu, Polda Sumbar juga menduga Afif Maulana sebagai pelaku tawuran setelah menemukan foto siswi SMP tersebut tengah memegang senjata tajam jenis pedang.
Suharyono juga mengkritik pihak keluarga Afif Maulana yang ngotot menyatakan almarhum tidak terlibat dalam tawuran antarkelompok yang berujung pada polemik tewasnya pelajar tersebut.
“AM (Afif Maulana) anak baik. Buktinya, dia yang mengajak tawuran itu dengan video yang diunggah di ponselnya. Sambil menenteng sebilah pedang panjang di tangannya (8 Juni 2024),” kata Suharyono kepada awak media dikutip Minggu (7/7/2024).
Suharyono mengungkapkan Afif Maulana merupakan anak yang tergabung dalam kelompok aksi tawuran. Hal itu diketahui pihaknya setelah mengakui telah melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap bukti video dan foto yang beredar.
“Kalau anak jam 2 atau 3 pagi keluar rumah terus mau berkelahi (ya itu anak nakal),” katanya.
– LBH Padang Beri Komentar Soal Kasus Afif Direktur LBH Padang, Indira Suryani turut menanggapi soal foto Afif Maulana tengah memegang sebilah pedang panjang yang dijadikan barang bukti oleh kepolisian dalam membantah tuduhan adanya penyiksaan.
Indira mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya foto Afif yang tengah memegang pedang panjang. Bahkan, ia menuding polisi berupaya mengalihkan kasus terkait penyerangan yang dilakukan anggota Polsek Kuranji.
“Foto itu masih kami dalami, karena HP Afif ada di kantor polisi. Informasi awal, foto itu tidak diambil saat kejadian,” kata Indira kepada awak media saat dikonfirmasi, Jakarta, Minggu (7/7/2024).
“Pihak keluarga merasa anaknya sudah meninggal, tetapi dijebak dengan kejam. Namun, polisi tidak pernah menjebak anggotanya dengan kejam. Mereka bahkan mengatakan bahwa penyiksaan yang dilakukan tidak seberat yang dilaporkan,” lanjutnya.
Indira menegaskan, polisi tak perlu sibuk menyebarkan foto Afif Maulana yang tengah memegang pedang panjang. Menurutnya, polisi seharusnya lebih fokus pada penyiksaan yang dilakukan anggota Polsek Kuranji.
“Saya cuma mau bilang, jangan sampai Kapolda dan kroninya berlaku kejam kepada anak-anak yang baru berusia 13 tahun, beliau sudah meninggal tapi karakternya masih terus dibunuh.
“Mereka mesti fokus pada kasus penyiksaan yang dilakukan anggotanya, bukan malah sibuk membingkai sana sini,” ujarnya.
Jaringan NewsRoom.id
Terkait
NewsRoom.id









