Mengungkap Makanan Terakhir Buaya Mesir yang Hidup 3.000 Tahun Lalu Sains

- Redaksi

Senin, 22 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebuah tim peneliti dari Universitas Manchester Inggris menggunakan teknologi terkini dalam pencitraan 3D untuk menyusun rincian kehidupan dan kematian buaya sepanjang 2,2 meter, yang dimumikan oleh orang Mesir kuno dua hingga tiga ribu tahun lalu.

Para peneliti menemukan sisa-sisa ikan segar yang masih menempel di kailnya di perut buaya, dan tampaknya buaya telah menelannya secara utuh. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal “Digital Applications in Archaeology and Public Heritage,” penelitian tersebut menunjukkan bahwa menelan kail tersebut menyebabkan kematian buaya.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Dengan menggunakan perangkat lunak khusus yang dikombinasikan dengan sinar-X dan pemindaian CT, para ilmuwan dapat melepaskan kait dari mumi, lalu membuat replika perunggu.

Sementara penelitian sebelumnya memerlukan pembongkaran dan pembedahan tubuh, radiografi 3D menawarkan kemampuan untuk melihat ke dalam tanpa merusak makhluk yang telah dimumikan.

Mempelajari Struktur Buaya Tanpa Merusak Sampel (Universitas Manchester)

Air mata di mata Mesir kuno

Buaya sangat penting di Mesir kuno, karena mereka dianggap hewan suci dan mewakili dewa kesuburan Sobek.

Sobek memiliki berbagai macam khasiat, karena dikaitkan dengan kekuatan kerajaan dan kecakapan militer, dan khususnya dikaitkan dengan bahaya yang ditimbulkan oleh banjir Sungai Nil. Hal ini membuatnya terkait erat dengan pertanian, dan lebih jauh lagi, dengan kehidupan sehari-hari orang Mesir kuno. Mereka percaya bahwa Anda dapat melindungi diri dari bahaya dengan mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit.

Banyak kuil dibangun untuk Sobek, yang paling terkenal adalah Kuil Kom Ombo di Mesir Hulu, dan ada area yang didedikasikan untuk memelihara buaya suci, yang biasanya bersumber dari Sungai Nil di sekitarnya.

Menurut penelitian baru, buaya menelan sejumlah besar batu kecil saat hidup, yang merupakan cara untuk memecah potongan daging dan mengatur proses pencernaan.

Keutuhan kerangka ikan menunjukkan bahwa ikan tersebut ditelan utuh dan tidak terpengaruh oleh enzim pencernaan yang keras atau batu lambung. Hal ini menunjukkan bahwa buaya tersebut dibunuh segera setelah ditangkap, hingga beberapa menit, dan kemudian diproses untuk dijadikan mumi sebagai persembahan bagi Sobek.

Kait 1721543966
Peneliti Ciptakan Replika Kail yang Digunakan untuk Menangkap Buaya (Universitas Manchester)

Taksidermi buaya

Mumifikasi buaya di Mesir kuno merupakan praktik unik yang mencerminkan pentingnya makhluk ini dalam aspek agama dan budaya. Buaya dengan berbagai ukuran dimumikan, dari bayi hingga dewasa, dan tubuh mereka dikeringkan dengan hati-hati dan diolah dengan zat seperti natron, pengering alami untuk menghilangkan kelembapan.

Setelah kering, buaya-buaya itu dibungkus dengan perban linen, dan jimat serta benda-benda suci lainnya sering kali ditaruh di dalam perban itu. Mumi-mumi buaya itu kemudian ditaruh di makam-makam dan kuil-kuil, sering kali di makam-makam yang didedikasikan untuk binatang.

Pada tahun 2023, 10 mumi buaya ditemukan terkubur di sebuah pemakaman di situs arkeologi Qubbat al-Hawa di Aswan, Mesir, yang berusia sekitar 2.500 tahun. Pada tahun 2015, para arkeolog menemukan sebuah pemakaman di Oasis Dakhla yang berisi sekitar 50 mumi buaya, mulai dari bayi hingga dewasa yang besar.

Penemuan ini menyoroti skala dan dedikasi yang terlibat dalam aspek unik praktik pemakaman Mesir ini.

Penemuan baru ini, dan peralatan yang digunakan di dalamnya, membuka pintu untuk mempelajari lebih banyak hewan mumi di masa mendatang tanpa harus menghancurkan tubuhnya, dan teknik pencitraan canggih membantu hari demi hari untuk mengungkap detail yang sebelumnya tidak diketahui tentang kehidupan sehari-hari orang Mesir kuno.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Studi 10 Tahun Menghubungkan Bersepeda dengan Kehidupan yang Lebih Panjang dan Sehat
Masalah $20 Miliar: Mungkinkah “Protein Kanker” Ini Menjadi Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Membandel?
Pemkab Aceh Besar Dorong Kesadaran Kesehatan Warganya Melalui Bakti Sosial HKN ke-61
Kenyataannya, Jokowi tidak punya ijazah
Mengapa Tanah “Stabil” Tidak Selalu Aman Dari Gempa Bumi
Kimia Tersembunyi yang Membuat Bumi Akhirnya Bernafas
Tak Sekadar Cium Bayi, Gus Elham Dikelilingi Ibu-Ibu yang Antri Minta Air Doa Berkah
Para Ilmuwan Akhirnya Menemukan Cara Membawa CBD ke Otak untuk Meredakan Rasa Sakit

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 20:14 WIB

Studi 10 Tahun Menghubungkan Bersepeda dengan Kehidupan yang Lebih Panjang dan Sehat

Selasa, 11 November 2025 - 19:43 WIB

Masalah $20 Miliar: Mungkinkah “Protein Kanker” Ini Menjadi Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Membandel?

Selasa, 11 November 2025 - 19:12 WIB

Pemkab Aceh Besar Dorong Kesadaran Kesehatan Warganya Melalui Bakti Sosial HKN ke-61

Selasa, 11 November 2025 - 18:41 WIB

Kenyataannya, Jokowi tidak punya ijazah

Selasa, 11 November 2025 - 16:37 WIB

Mengapa Tanah “Stabil” Tidak Selalu Aman Dari Gempa Bumi

Selasa, 11 November 2025 - 15:05 WIB

Tak Sekadar Cium Bayi, Gus Elham Dikelilingi Ibu-Ibu yang Antri Minta Air Doa Berkah

Selasa, 11 November 2025 - 13:01 WIB

Para Ilmuwan Akhirnya Menemukan Cara Membawa CBD ke Otak untuk Meredakan Rasa Sakit

Selasa, 11 November 2025 - 12:30 WIB

Ilmuwan Salah. Kerak Türkiye yang robek

Berita Terbaru

Headline

Kenyataannya, Jokowi tidak punya ijazah

Selasa, 11 Nov 2025 - 18:41 WIB

Headline

Mengapa Tanah “Stabil” Tidak Selalu Aman Dari Gempa Bumi

Selasa, 11 Nov 2025 - 16:37 WIB