NewsRoom.id – Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, akan menghadapi banyak tantangan pasca dilantik resmi Oktober mendatang.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, hal tersebut tak lepas dari adanya proyek kebijakan yang menurutnya sulit dilaksanakan secara bersamaan.
Di antaranya, isu program makan siang gratis atau makanan bergizi dan kelanjutan program pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Ia menilai akan banyak dampak negatif bagi perekonomian Indonesia jika kebijakan tersebut diterapkan secara bersamaan.
“Jika program makan siang dan pembangunan IKN dilakukan secara bersamaan, anggaran APBN berpotensi mengalami defisit yang lebih besar mencapai 3,45-4,50 persen dari PDB. Dengan kondisi defisit seperti itu, alokasi sebesar itu tanpa realokasi dari pos lain akan meningkatkan risiko fiskal, memperburuk ketahanan ekonomi nasional, dan mengurangi ruang fiskal untuk kebutuhan mendesak lainnya,” kata Achmad kepada wartawan di Jakarta, Senin (22/7/2024).
Terkait program pangan bergizi gratis, ia menilai kurang tepat jika anggaran yang dialokasikan dalam RAPBN 2025 hanya Rp71 triliun. Menurutnya, dengan anggaran sebesar itu, program tersebut tidak akan berjalan optimal.
“Dengan alokasi Rp71 triliun, program ini dinilai tidak tepat dan tidak adil. Anggaran sebesar itu hanya mencakup sekitar 19,72 juta anak dari total 70,5 juta anak sekolah jika setiap anak dianggarkan sebesar Rp15.000. Distribusi anak yang menerima makan siang yang tidak merata akan menimbulkan ketidakadilan di antara mereka,” katanya.
Di sisi lain, proyek IKN makin menghadapi tantangan besar, termasuk ketidakpastian investasi dari Emaar Properties. Meski sudah ada kerja sama bilateral yang ditandatangani Presiden Joko Widodo di Uni Emirat Arab (UEA), hingga kini belum ada Nota Kesepahaman (MoU) khusus dengan Emaar Properties.
“Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama tersebut belum pasti dan masih sebatas keinginan investasi, sementara risiko due diligence belum terukur dengan baik. Ketidakjelasan ini menunjukkan minat investor masih ragu-ragu, sehingga menimbulkan ketidakpastian terkait keberlanjutan proyek IKN,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Prabowo-Gibran dihadapkan pada pilihan sulit karena keterbatasan anggaran. Prabowo-Gibran juga diminta untuk mempertimbangkan secara matang kepentingan mana yang lebih besar seperti kesejahteraan anak sekolah dan kebutuhan jangka panjang yang tidak mendesak seperti pembangunan IKN.
“Diharapkan pemerintah dapat mengambil langkah strategis dan bijaksana. Menjamin kebutuhan dasar seperti makan siang bergizi bagi anak sekolah merupakan investasi penting bagi sumber daya manusia. Sementara itu, proyek IKN, meskipun ambisius dan memiliki potensi besar untuk pengembangan jangka panjang, memerlukan kejelasan dan kepastian investasi untuk memastikan keberlanjutannya,” pungkasnya.
NewsRoom.id









