NewsRoom.id -Sejak dipimpin KH. Yahya Cholil Staquf, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dinilai kerap bertindak komersil alias meminta proyek kepada pemerintah.
Terkini, dalam polemik konsesi tambang lewat Perpres 76/2024 tentang Perubahan Atas Perpres 70/2023 tentang Pengalokasian Tanah bagi Penataan Penanaman Modal yang diteken langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 22 Juli 2024, ormas keagamaan termasuk PBNU diizinkan mengelola pertambangan.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Menanggapi hal itu, mantan juru bicara Gus Dur, Adhie Massardi, angkat bicara.
Dalam podcast bersama Hersubeno Arief, Adhie menjelaskan kedekatannya dengan Gus Yahya (Yahya Cholil) saat menjadi juru bicara Presiden Gus Dur (1999-2001).
“Dulu saya paham betul dengan Yahya Cholii Staquf, tapi setelah jadi Ketua Umum (PBNU) saya tidak paham lagi,” kata Adhie, dikutip RMOL dari kanal Youtube Hersubeno Point, Ahad (28/7).
Sambil terisak-isak, Adhie menceritakan banyak kenangan antara dirinya, Gus Dur, dan Gus Yahya.
“Awal tahun 2001, Gus Dur tiba-tiba menelepon saya dan Gus Yahya tentang seorang pengurus PBNU yang mengomersialkan PBNU. Menariknya, Gus Dur, sambil terbata-bata (menangis), mengatakan 'kalau jabatan saya sebagai presiden dikomersilkan, saya masih bisa terima, tapi ini PBNU, kakek saya yang mendirikan PBNU'. Nah, itu kan mengharukan, nah Yahya ada di sana,” terangnya.
“Yahya paham itu, makanya tidak mungkin memanfaatkan PBNU untuk kemaslahatan siapa pun, selain umat,” imbuhnya.
Konsesi izin pertambangan yang ditawarkan pemerintah kepada PBNU belakangan ini menuai kontroversi.
Adhie mengaku makin tak paham dengan jalan pikiran Gus Yahya.
“Ini sangat mengharukan, Pak,” pungkas Adhie sembari menangis.
NewsRoom.id

 
					





 
						 
						 
						 
						 
						

