NewsRoom.id – Perancang atau perencana Istana Garuda Ibu Kota Negara (IKN), Nyoman Nuarta memberikan penjelasan terkait warna bangunan ikonik itu yang selama ini dinilai gelap dan mistis.
Nyoman yang dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu (10/8), mengungkapkan warna kuningan pada bagian depan Istana Garuda akan berubah seiring waktu. Warna tersebut akan perlahan berubah menjadi hijau kebiruan akibat adanya proses alami yang disebut Patina.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
“Warna kuningan di bagian depan akan berubah menjadi hijau, tergantung pada kondisi alam. Proses oksidasi akan perlahan-lahan mengubahnya menjadi biru kehijauan,” kata Nyoman.
Ia mengatakan, proses perubahan warna itu serupa dengan apa yang terjadi di Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang juga merupakan karyanya.
Selain itu, struktur bilah Istana Garuda terbuat dari baja tahan cuaca yang pada awalnya berwarna kemerahan.
Namun, seiring waktu dan paparan cuaca, warnanya akan berubah menjadi lebih gelap dalam waktu satu hingga dua tahun. “Struktur bilahnya awalnya berwarna kemerahan, tetapi setelah terkena hujan dan cuaca, warnanya akan menjadi lebih gelap,” katanya.
Ia memberi contoh, misalnya, jembatan di Amerika Serikat, khususnya di New York.
Seringkali memiliki warna yang mirip dengan warna yang digunakan untuk Istana Garuda IKN dan Patung GWK di Bali.
Rangka di belakang bilah terbuat dari bahan berlubang, yaitu pelat baja berlubang yang juga tahan cuaca.
Nyoman menegaskan bahwa material ini memiliki daya tahan hingga ratusan tahun. Nyoman juga menjelaskan bahwa pemilihan warna gelap untuk Istana Garuda bukan tanpa alasan.
Ia menghindari warna mencolok seperti emas yang biasa digunakan pada bangunan mewah. “Banyak orang terbiasa melihat warna-warna terang seperti emas, tetapi saya tidak ingin menggunakan itu untuk Istana Garuda,” kata Nyoman.
Ia menambahkan, rangka interior Istana Garuda dibuat sangat cermat dan indah, menggunakan baja yang dibeli dari Krakatau Steel.
Seluruh rangka dibuat khusus, bukan produk yang dibeli dari toko. “Rangka di dalam istana dibuat sendiri, bukan dibeli dari toko. Kami menggunakan baja dari Krakatau Steel, dan semuanya dibuat khusus,” katanya.
Nyoman juga menekankan pentingnya penggunaan produk lokal dalam proyek ini, sesuai dengan ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Ia memastikan seluruh material yang digunakan telah memenuhi persyaratan TKDN, sebagai bentuk komitmen terhadap industri lokal. “Kami patuh pada ketentuan TKDN dengan menggunakan produk lokal dalam pembangunan Istana Garuda.
“Ini bukan proyek sembarangan, semuanya dikerjakan dengan sangat hati-hati dan teliti,” kata Nyoman.
Dengan segala perhatian terhadap detail dan pemilihan material yang tahan lama, Nyoman berharap Istana Garuda IKN tidak hanya menjadi bangunan yang indah secara estetika, tetapi juga memiliki daya tahan dan makna mendalam sebagai simbol nasional.
Selain itu, kata dia, pemilihan representasi burung Garuda sebagai bentuk bangunan agar tidak timbul kecemburuan dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebab, Indonesia memiliki sekitar 1.300 suku bangsa. Sementara itu, terkait bentuk burung Garuda yang seolah sedang berpelukan, ia menjelaskan bahwa di dalamnya terkandung filosofi untuk melindungi bangsa Indonesia.
NewsRoom.id