NewsRoom.id -Pernyataan Presiden Jokowi yang menyebutkan Istana Negara Jakarta dan Istana Bogor bernuansa kolonial menjadi sorotan.
Menurut sejarawan JJ Rizal, warisan kolonial bukan dalam bentuk bangunan tetapi dalam bentuk pemikiran.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pendiri Komunitas Bambu itu menyatakan, penyebutan Istana sebagai bangunan bergaya kolonial merupakan penghinaan terhadap para pendiri bangsa.
“Mereka merampas bangunan-bangunan peninggalan Hindia Belanda dan menjadikannya sebagai simbol kemerdekaan dan perjuangan nasional,” kata JJ Rizal dalam keterangannya yang diterima redaksi, Rabu (14/8).
“Nasionalisme Sukarno itu tidak sempit, tidak apatis, nasionalisme Sukarno itu nasionalisme yang inklusif lho. Membuka diri dan memahami bahwa warisan kolonialisme itu berhasil digulingkan oleh nasionalisme,” imbuhnya.
Rizal menegaskan, orang yang mengatakan kolonialisme terasa di Istana, tidak memahami bahwa kolonialisme sebenarnya adalah pola pikir.
Ia melanjutkan, peristiwa Kebangkitan Nasional 1908 dan Sumpah Pemuda 1928 juga terjadi di bangunan kolonial Hindia Belanda.
“Ingat peristiwa 1908, mahasiswa STOVIA itu dari bangunan kolonial, peristiwa Sumpah Pemuda 1928 itu juga di poros bangunan kolonial. Bagi saya, orang yang bilang kolonialisme itu tiap hari dicium di istana, tidak paham bahwa kolonialisme itu pemikiran. Kedua, dia mengejek para founding father bangsa, khususnya Sukarno yang banyak membaca,” katanya.
NewsRoom.id









