NewsRoom.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan proyek pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur bukanlah proyek presiden.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Ia tidak ingin ada persepsi bahwa Ibu Kota Negara (IKN) merupakan proyek Jokowi. Menurutnya, proyek IKN merupakan keputusan rakyat yang disetujui oleh mayoritas fraksi di DPR RI.
“Saya sampaikan secara lisan dalam rapat paripurna tanggal 16 Agustus lalu, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan disetujui oleh 93 persen fraksi di DPR,” kata Jokowi saat memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Nasional Baznas di Istana Negara, IKN, Kalimantan Timur, Rabu (25/9).
Dengan demikian, Jokowi menegaskan bahwa pembangunan IKN dan pemindahan ibu kota bukanlah proyek yang ditandatangani presiden, tetapi merupakan keputusan rakyat.
“Jadi ini bukan hanya Keputusan Presiden saja, tetapi juga keputusan seluruh rakyat Indonesia yang diwakili oleh seluruh anggota DPR di Jakarta,” jelasnya.
Kepala Negara menilai hal itu perlu ditegaskan agar tidak timbul persepsi bahwa IKN merupakan proyek Presiden Jokowi.
“Agar tidak terjadi salah persepsi bahwa ini proyek Presiden Jokowi, bukan. Ini sudah melalui tahapan, tahapan, tahapan yang baik dalam berbangsa dan bernegara kita,” pungkas Jokowi.
Alasan Pemindahan Ibu Kota Negara
Sebelumnya, Jokowi mengaku mendapat banyak pertanyaan terkait pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan. Ia mengatakan pemindahan IKN dilakukan karena Jakarta terlalu padat penduduk dan 56 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.
“Perlu saya sampaikan bahwa 56 persen penduduk Indonesia ada di Jawa, dan wilayah yang paling padat penduduknya ada di Jakarta,” kata Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6).
Jokowi mengatakan, 5 persen penduduk Indonesia atau 149 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa. Padahal, ada lebih dari 17 ribu pulau di Indonesia. Begitu pula Produk Domestik Bruto (PDB) perekonomian di Tanah Air yang sebagian besar disumbangkan oleh Pulau Jawa. Sehingga pulau-pulau lainnya hanya kebagian sisanya.
“Perlu pemerataan, 58 persen PDB ekonomi kita juga ada di Jawa. Berapa porsi yang diberikan ke 17 ribu pulau lainnya,” katanya.
Tak hanya itu, Jokowi mengatakan Jakarta sudah terlalu padat. Jakarta sudah menjadi kota pendidikan, kota pariwisata, kota bisnis, kota ekonomi, dan kota pemerintahan. Akibatnya, kemacetan di jalan raya pun tak terelakkan.
“Beban Jakarta sudah sangat-sangat berat. Sebagai kota pendidikan, kota pariwisata, kota bisnis, kota ekonomi, kota pemerintahan, kita sekarang mengalami kemacetan di mana-mana,” katanya.
Oleh karena itu, sebagai presiden, Jokowi menilai beban Jakarta harus dikurangi. Pemerataan harus dilakukan bukan dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang.
NewsRoom.id