NewsRoom.id – Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) mengusulkan sosok yang bakal menjabat Menteri Pendidikan pada kabinet pemerintahan mendatang.
JK menegaskan, Mendikbud ke depan harus paham bagaimana memajukan pendidikan negara.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Ya, yang paham betul tentang pendidikan bisa memajukannya, kata JK di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (10/10/2024).
“Karena bagaimana kamu bisa maju jika kamu tidak mengerti?” dia menambahkan.
Sementara JK pernah mengkritik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Nadiem Makarim.
Kritik JK itu disampaikannya dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu (7/9/2024).
JK membahas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang dinilai memiliki cakupan luas.
Oleh karena itu, diperlukan sosok yang berkompeten untuk memimpinnya.
Kemudian JK menyebut nama-nama yang pernah mengisi posisi Menteri Pendidikan.
“Ada Muhadjir, ada Anies. “Ada Mas Nadiem yang belum punya pengalaman pendidikan,” kata JK dalam forum diskusi 'Kebijakan Anggaran Pendidikan Berkelanjutan'.
Diberitakan sebelumnya, JK membandingkan Nadiem dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya, termasuk Anies Baswedan.
Menurut JK, Anies memiliki latar belakang akademis yang baik, berpengalaman di dunia pendidikan, dan mampu lebih memahami kompleksitas sektor pendidikan Indonesia.
“Ada Mas Anies, mantan Rektor Universitas Paramadina yang punya pengalaman luas di bidang pendidikan,” kata JK dalam acara diskusi 'Kontestasi Kebijakan Anggaran Pendidikan' yang ditayangkan di YouTube TV DPR, Sabtu (7/9/2021). 2024).
Pengalaman Anies, kata JK, tidak dimiliki Nadiem karena belum pernah menjadi guru atau apapun yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Meski begitu, diakui JK, Nadiem berhasil menjadi CEO perusahaan ojek online.
Sebagai perbandingan, Nadiem, meski berprestasi sebagai pendiri Gojek, tidak memiliki pengalaman sebagai guru atau di bidang pendidikan, ”ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, JK juga menyampaikan bahwa Mendikbud adalah orang-orang hebat dan memiliki prinsip-prinsip pendidikan Indonesia, seperti Ki Hajar Dewantara, Soemantri, Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, dan Fuad.
Kalau kita lihat menteri pendidikan sebelumnya seperti Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa, Soemantri, Syarief Thayeb, semuanya ahli di bidang pendidikan, kata JK.
“Tokoh pendidikan selalu memimpin pendidikan. Begitu menteri tidak paham tentang pendidikan dan malas mengelola pendidikan, maka semuanya akan kacau,” kata Jusuf Kalla.
JK kemudian menyinggung kinerja Nadiem yang disebut-sebut jarang berkunjung ke wilayah tersebut.
Selain itu, JK juga membeberkan perilaku Nadiem yang jarang datang ke kantor sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Lalu ada Mas Nadiem yang belum punya pengalaman sebagai guru, di bidang pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, jarang ke kantor, kata JK.
Untuk itu, JK meminta Presiden Terpilih 2024, Prabowo Subianto, memilih Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara cermat dan memahami pendidikan.
“Karena bagaimana, berapa puluh anggaran yang diberikan kalau Dirutnya seperti ini, bagaimana mungkin? Saya kira Pak Sekjen lebih tahu keadaannya dibandingkan saya,” tegas JK.
“Untuk pemerintahan selanjutnya, silakan pilih menteri yang memahami pendidikan,” imbuhnya.
Menanggapi pernyataan JK, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati menegaskan, Prabowo akan mencermati latar belakang dan kapasitas setiap orang yang akan dilantik menjadi menteri.
Sebab, mereka yang akan menjadi menteri harus mampu menjalankan program dan visi misi pasangan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka, serta memahami birokrasi.
Semua calon menteri, makanya lama sekali, karena harus dilihat dari kapasitasnya, dilihat dari latar belakangnya yang lengkap, kata Sara di Teater Jakarta, Jakarta, Minggu (8/9/2024). , dilansir Kompas.com.
“Semua itu harus kita pertimbangkan. Kita belum tahu siapa yang akan jadi (menteri), kita lihat saja nanti. “Itu bisa berubah dalam 5 menit ke depan,” kata Sara.
Pengamat menilai kritik JK terhadap Nadiem ada benarnya
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai masukan JK terkait posisi Mendikbud sudah tepat.
Sebab, permasalahannya bukan sekedar ketidaksesuaian saja, melainkan permasalahan disrupsi dunia pendidikan dengan semakin banyaknya teknologi.
Namun hal ini berkaitan dengan manajemen pendidikan dasar.
“Ini persoalan manajemen pendidikan yang mendasar, maka tepat sekali kritik Pak JK ini, bahwa ke depan kita harus hati-hati dalam memilih Menteri Pendidikan,” kata Bhima dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Senin (9 /9/2024).
“Apalagi Mendikbud juga diberikan tambahan pos belanja makanan bergizi gratis, akan ada tambahan lapangan kerja baru bahkan sangat menantang ke depan,” imbuhnya.
Diakui Bhima, Nadiem memang pernah sukses menjadi CEO perusahaan ojek online, namun menurutnya Nadiem bukanlah orang yang tepat untuk menangani manajemen pendidikan.
Oleh karena itu, kata dia, Nadiem banyak dikritik sejak pertama kali menjabat Mendikbud.
“Sejak awal sebenarnya banyak kritik yang menyebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Pak Nadiem, sepertinya tidak cocok menduduki posisi Mendikbud.”
“Memang kita punya track record pendidikan dalam negeri, tapi kita juga punya skala prioritas pendidikan yang harus menjadi skala prioritas perbaikan, misalnya kualitas sumber daya manusia,” kata Bhima.
Baca Selanjutnya: Nadiem Makarim mengaku kerap mendapat kritik tajam dari Komisi X DPR RI semasa menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ristek.
Jadi bukan sekedar oh iya, dia berasal dari startup yang saat itu cukup sukses, cukup besar, unicorn, masuk posisi Mendikbud, lalu di posisi Mendikbud dianggap bahwa masalah itu hanyalah sebuah masalah. “Ketidaksesuaian antara kebutuhan dunia usaha dan dunia pendidikan lulusan adalah satu hal, namun masih banyak hal lainnya,” ujar Bhima.
NewsRoom.id