Newsroom.id, Jakarta – PT Timah Tbk (TINS), anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID, menyampaikan bahwa hingga saat ini perusahaan masih menghadapi tantangan dalam memperoleh teknologi pengolahan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (REE), meskipun upaya pengembangan telah dilakukan selama lebih dari satu dekade.
Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Timah, Restu Widiyantoro, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI yang digelar pada Rabu (14/5/2025) di Jakarta.
“Sejak 10 tahun terakhir, PT Timah telah berupaya melakukan pengembangan pengolahan logam tanah jarang, khususnya dari mineral monasit. Namun, hingga saat ini kami akui progresnya masih terbatas, karena teknologi pengolahan tersebut hanya dikuasai oleh segelintir negara di dunia,” jelas Restu.
Restu mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah melakukan penjajakan intensif dengan berbagai pemegang teknologi, baik melalui komunikasi langsung maupun inisiatif kerja sama, namun belum membuahkan hasil yang optimal.
“Upaya penjajakan dan komunikasi dengan pemilik teknologi telah kami lakukan, termasuk rencana kolaborasi dan kerja sama strategis. Namun hingga saat ini, teknologi pengolahan tersebut belum dapat kami peroleh secara penuh,” tambahnya.
Saat ini, pengembangan fasilitas pilot plant pengolahan logam tanah jarang oleh PT Timah tengah berlangsung di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat. Fasilitas ini fokus pada pengolahan mineral monasit sebagai bahan baku utama LTJ.
Restu juga menyampaikan bahwa negara-negara seperti Tiongkok dan Kazakhstan merupakan pemegang utama teknologi pengolahan LTJ yang bahkan telah digunakan sebagai bahan campuran untuk reaktor tenaga nuklir.
“Informasi yang kami peroleh, saat ini hanya negara seperti Tiongkok dan Kazakhstan yang memiliki kapabilitas teknologi untuk mengolah logam tanah jarang hingga menjadi material strategis seperti bahan bakar nuklir,” ujar Restu.
Meskipun demikian, PT Timah tetap berkomitmen melanjutkan riset serta mencari mitra strategis guna mendukung hilirisasi dan pengembangan industri logam tanah jarang di Indonesia.
“Pengembangan LTJ ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang kami. Oleh karena itu, riset akan terus kami lakukan sambil menjajaki peluang kerja sama dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan mitra yang memiliki kapabilitas teknologi tersebut,” tutupnya.
Penulis : Louis BY
Editor : Nico Alp