– Nama Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang baru dilantik menggantikan Sri Mulyani, kembali menjadi sorotan publik.
Bukan karena gaya bicaranya yang kalem dan diplomatis, melainkan karena pernyataannya yang dianggap membuka “kotak Pandora” perekonomian Indonesia.
Terutama mengenai utang negara yang membengkak sejak era pemerintahan sebelumnya.
Dalam konferensi pers di Jakarta pekan ini.
Purbaya mengungkapkan data utang pemerintah pusat yang mencengangkan mencapai Rp 9,138 triliun hingga akhir Juni 2025.
Angka ini disebut sebagai “kenyataan yang harus dihadapi bersama, bukan disembunyikan”.
“Kami tidak mau menutup-nutupi. Ini fakta keuangan negara yang harus dikelola secara bertanggung jawab,” kata Purbaya di hadapan media.
Pernyataan ini langsung menghebohkan ranah publik.
Banyak pihak yang menilai ucapan Purbaya mengungkap sesuatu yang belum dibicarakan secara terbuka.
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) bahkan menyebut langkah Purbaya sebagai “awal terbukanya kotak Pandora perekonomian Indonesia”.
Menteri Keuangan Purbaya berani mengungkap fakta yang disembunyikan. Kita harus berani jujur, ini era baru dalam pengelolaan perekonomian, kata Bamsoet seperti dikutip PojokSatu.id.
Persoalan tersebut tidak lepas dari kebijakan fiskal warisan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Selama dua periode tersebut, pemerintah banyak mengeluarkan pinjaman luar negeri dan menerbitkan surat utang negara untuk membiayai proyek infrastruktur besar seperti Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh).
Tak hanya itu, ada pembangunan ibu kota baru (IKN), serta proyek tol trans Jawa dan Sumatera.
Kini, di bawah kepemimpinan Purbaya, semua angka tersebut mulai terlihat apa adanya.
Tidak ada lagi narasi “aman terkendali” tanpa data terbuka.
“Tugas saya bukan menyalahkan, tapi menata kembali. Kalau dulu fokus membangun, sekarang fokus menyehatkan,” kata Purbaya.
Pernyataan ini dinilai jujur dan berani.
Sebab, di tengah situasi perekonomian global yang belum stabil, transparansi seperti ini bisa berdampak dua sisi.
Tumbuhnya kepercayaan masyarakat, namun juga memunculkan kekhawatiran terhadap kemampuan negara membayar utang.
Istilah “kotak Pandora” pertama kali muncul dari pernyataan seorang politikus senior yang menilai langkah Purbaya ibarat membuka tabir tua yang tersimpan rapi di laci kementerian.
Bukan hanya soal utang, tapi juga mekanisme pembiayaan proyek-proyek besar yang dinilai tidak semuanya efisien.
Beberapa proyek dikatakan telah selesai pembengkakan biaya atau pembengkakan biaya yang signifikan, termasuk proyek kereta cepat.
Ekonom independen Said Didu menilai apa yang dilakukan Purbaya merupakan langkah pembersihan besar-besaran.
“Ini bukan untuk mencari-cari kesalahan, tapi memulihkan kejujuran fiskal.
“Masyarakat berhak mengetahui seberapa besar sebenarnya beban negara,” Kata Didu
Menurutnya, istilah “kotak Pandora” bukan berarti aib, melainkan simbol keberanian membuka hal yang selama ini tertutup dengan retorika optimisme.
Langkah Purbaya menuai sambutan yang beragam
Di media sosial, tagar #PurbayaBukaData dan #UtangEraJokowi menjadi trending topik.
Sejumlah warganet menilai Purbaya membawa “angin baru” dalam pengelolaan keuangan negara.
Sementara itu, pihak lain menilai langkah tersebut bisa memicu gesekan politik.
Apalagi jika dianggap menyudutkan pemerintahan sebelumnya.
Partai oposisi mulai mencium peluang politik.
Sejumlah anggota DPR meminta audit terbuka terhadap utang dan proyek besar di era Jokowi.
Namun koalisi menyikapinya dengan tenang dan menyebut langkah Purbaya sebagai bagian dari transparansi, bukan membeberkan dosa masa lalu.
“Ini bukan soal Jokowi atau Purbaya, tapi soal keberanian membuka data publik,” kata salah satu anggota DPR dari Fraksi Pendukung Pemerintah.
Dalam beberapa minggu terakhir, Kementerian Keuangan di bawah Purbaya mulai merilis data utang dan belanja negara dalam format baru.
Lebih terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat.
Langkah ini dipuji banyak pihak, namun juga membuat pelaku pasar berhati-hati. Investor asing menunggu sinyal stabilitas dari pemerintah.
Purbaya sadar akan risikonya. Meski demikian, ia menegaskan keterbukaan merupakan satu-satunya jalan bagi perekonomian Indonesia untuk pulih atas dasar kepercayaan yang kuat.
Langkah Purbaya membuka “kotak Pandora” perekonomian bukan sekadar gebrakan menteri baru.
Hal ini menandai babak baru: dari politik pencitraan ke era kejujuran fiskal.
Namun di negara yang sering mengagung-agungkan stabilitas palsu, kejujuran terkadang lebih menakutkan dibandingkan angka utang itu sendiri.
Kini publik menunggu untuk melihat seberapa dalam kotak Pandora akan terbuka dan apakah solusi akan keluar, atau masalah baru yang selama ini tersembunyi di balik senyum manis laporan ekonomi. ***
NewsRoom.id









