KOTA ACEH – komodo (Varanus komodoensis) merupakan salah satu ikon binatang Indonesia. Reptil raksasa ini mendiami pulau Komodo, Rinca, Gili Motang dan Flores di Nusa Tenggara Timur. Panjang tubuhnya bisa mencapai tiga meter dan berat lebih dari 70 kilogram. Komodo merupakan predator puncak di ekosistemnya dan merupakan satu-satunya kadal raksasa yang masih bertahan hidup di dunia.
Dikutip dari MongabaySenin (3/11/2025), Penelitian genom menunjukkan bahwa komodo memiliki sejarah evolusi yang panjang dan berakar di Asia dan Australasia. Analisis DNA modern menemukan tiga kelompok genetik utama di antara populasi di lima pulau utama. Hasil ini memperkuat pentingnya melindungi setiap penduduk di Indonesia. Studi genom lengkap juga menunjukkan bahwa Komodo memiliki lebih dari 17 ribu gen aktif yang mendukung metabolisme tinggi seperti hewan berdarah panas. Fakta tersebut mengukuhkan posisi Komodo sebagai reptil purba yang berhasil beradaptasi dengan lingkungan ekstrem.
Namun penelitian baru dari Yunani menunjukkan bahwa kerabat purba komodo pernah hidup jauh dari Indonesia, di benua Eropa, sekitar 9.000 kilometer dari habitatnya saat ini. Fosil biawak besar dari awal Pliosen, sekitar empat juta tahun lalu, ditemukan di Megalo Embolo dekat kota Thessaloniki, Yunani Utara. Analisis anatomi menunjukkan bahwa fosil tersebut termasuk dalam spesies Varanus lih. marathonensis, kerabat dalam keluarga evolusi yang sama dengan komodo. Penemuan ini memperluas peta sejarah genus Varanus dan menunjukkan seberapa luas penyebarannya di masa lalu.
Fosil yang Mengungkap Eropa Kuno
Penelitian ini dipimpin oleh Hara Drakopoulou dari Aristoteles University of Thessaloniki, bekerja sama dengan Georgios Lazaridis dan Profesor Dimitrios Kostopoulos. Tim meneliti fosil yang ditemukan di Megalo Embolo, kawasan perbukitan di utara Yunani, sekitar 15 kilometer dari kota Thessaloniki. Lapisan sedimen tempat ditemukannya fosil tersebut berasal dari lingkungan sungai dan danau purba yang kaya akan bahan organik. Kondisi lembab dan sedimen halus membantu menjaga tulang tetap utuh meski berusia jutaan tahun.
Fosil yang dipelajari terdiri dari potongan tengkorak, rahang, gigi, dan tulang belakang yang terpelihara dengan baik. Di lokasi yang sama, ilmuwan juga menemukan fosil mamalia besar seperti mastodon, badak purba, dan kuda kecil Hipparion, serta reptil besar seperti penyu Titanochelon cf. bacharisisi dan ular raksasa Laophis crotaloides. Keanekaragaman fauna tersebut menunjukkan bahwa kawasan tersebut pernah memiliki ekosistem tropis hingga subtropis yang subur, vegetasi yang lebat, dan sumber air yang melimpah.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal The Anatomical Record menunjukkan bahwa spesimen ini hidup antara 4,2 hingga 3,2 juta tahun lalu, pada era Pliosen awal. Pada periode tersebut, Eropa bagian selatan mempunyai iklim yang hangat dan lembab, sangat berbeda dengan kondisi kering Mediterania saat ini.
“Hewan-hewan ini hidup dalam kondisi yang sangat berbeda dari Yunani saat ini,” kata Lazaridis. “Temuan ini membantu kita memahami hubungan antara iklim purba dan penyebaran reptil besar seperti varanid.”
Analisis anatomi menunjukkan bahwa kadal purba ini termasuk dalam Varanus lih. marathonensis, kerabat dekat keluarga biawak modern. Struktur tengkorak dan giginya menunjukkan kemiripan dengan spesies Asia seperti Varanus flavescens yang kini hidup di India dan Bangladesh. Kemiripan tersebut memperkuat anggapan bahwa garis keturunan Varanus berasal dari Asia, kemudian menyebar ke Eropa dan Afrika sebelum punah di daerah yang mengalami pendinginan ekstrem. Temuan ini tak hanya menambah catatan evolusi varanid, tapi juga menggambar ulang peta fauna Eropa saat benua itu masih hangat dan kaya akan reptil berukuran besar.
Tautan ke Komodo di Indonesia
Keluarga Varanidae telah ada selama lebih dari 20 juta tahun. Saat ini, kelompok ini mencakup lebih dari 80 spesies yang tersebar di Afrika, Asia dan Australia. Komodo (Varanus komodoensis) merupakan anggota terbesar yang masih hidup dan merupakan satu-satunya varanid raksasa yang bertahan hidup di alam liar. Struktur anatomi mereka relatif tidak berubah selama jutaan tahun, menunjukkan efisiensi evolusioner yang luar biasa dalam menghadapi berbagai iklim dan ekosistem, dari gurun kering di Afrika hingga hutan hujan tropis di Asia Tenggara.
Varanus lih fosil. marathonensis dari Yunani menunjukkan bahwa biawak besar menghuni Eropa sebelum Zaman Es. Ketika iklim global mulai mendingin pada akhir Pliosen, habitat lembab mereka menghilang dan populasi di Eropa punah. Hanya varanida yang hidup di daerah tropis dan subtropis (seperti Asia Tenggara dan Australia) yang berhasil bertahan hidup. Dalam konteks ini, komodo adalah hasil garis keturunan yang lolos dari krisis iklim kuno.
Indonesia kini menjadi benteng terakhir garis evolusi kadal raksasa tersebut. Komodo di Kepulauan Sunda Kecil menempati posisi unik dalam sejarah alam. Analisis genom modern menunjukkan bahwa nenek moyang mereka kemungkinan besar berasal dari populasi Asia Selatan dan Tenggara yang bermigrasi ke timur, mengikuti jalur pulau-pulau yang kini menjadi bagian dari Indonesia. Di nusantara, mereka berevolusi secara terpisah membentuk populasi khas di Komodo, Rinca, Flores, dan Gili Motang.
Penemuan di Yunani memberikan konteks penting bagi cerita panjang ini. Fosil varanid berukuran besar di Eropa membuktikan bahwa genus Varanus pernah memiliki sebaran lintas benua. Ketika iklim bumi berubah drastis, ada yang punah, ada pula yang beradaptasi di daerah tropis. Komodo adalah saksi hidup dari perjalanan evolusi ini, garis keturunan yang bertahan dari dunia purba hingga saat ini, menandai ketahanan dan sekaligus kerentanan spesies besar ini terhadap perubahan iklim global.
Empat juta tahun yang lalu, Yunani adalah kawasan hutan lebat dengan sungai dan rawa yang menjadi tempat tinggal reptil raksasa, penyu besar, dan mamalia purba. Ketika Zaman Es tiba, suhu bumi turun drastis dan banyak spesies besar punah. Jejak mereka kini menjadi arsip alami yang mengungkap perubahan besar di planet ini. (sumber:mongabay)
NewsRoom.id









