ACEH BESAR – Suasana Masjid Baitul Jannah Jamik, Desa Tungkop, Darussalam, Aceh Besar, Sabtu (15/11) dipenuhi jamaah yang datang sejak dini hari untuk mengikuti Safari Sabtu Pagi (S3), sebuah program rutin yang terus menguatkan kehidupan spiritual masyarakat.
Edisi kali ini terasa istimewa dengan kehadiran ulama kharismatik Abu Syekh H. Hasanoel Bhasry HG atau Abu Mudi yang menyampaikan tausiyah penuh hikmah, serta dihadiri anggota DPRK Aceh Besar Satria Maulana Putra, SE, MM yang turut bersilaturahmi dengan panitia dan jamaah.
Dalam tausiyahnya, Abu Mudi mengajak seluruh jemaah untuk menata kembali hati, karena menurutnya patah hati merupakan awal dari hancurnya amal seorang hamba.
Ia kemudian menguraikan enam penyebab utama kerusakan hati, antara lain keberanian seseorang menumpuk dosa karena keyakinan keliru bahwa masih ada kesempatan untuk bertaubat, mencari ilmu namun belum siap mengamalkannya, dan beramal tanpa ikhlas.
Kerusakan hati juga lahir dari sikap tidak mensyukuri rezeki Allah, tidak ridha dengan takdir-Nya, dan kebiasaan menguburkan jenazah tanpa mengambil hikmah dari kematian.
Abu Mudi menegaskan, hati yang tidak dijaga akan membawa seseorang menjadi lengah dan jauh dari rahmat Allah.
Ia pun mengingatkan betapa besar bahayanya jika seseorang mendahulukan dunia dibandingkan akhirat. Menurut Abu Mudi, ada enam macam siksa yang menimpa orang-orang yang terikat pada dunia: tiga di dunia, yaitu mimpi tanpa batas yang membuat hati tak henti-hentinya, keserakahan yang terus menguasai diri, dan hilangnya manisnya ibadah.
Sedangkan tiga lainnya akan terasa di akhirat, yaitu ketidaksiapan menghadapi gejolak akhirat, pemeriksaan yang sangat detail terhadap amalan seseorang di hadapan Allah, dan penyesalan yang berat yang tidak dapat diperbaiki. Pesan yang disampaikan Abu Mudi ini dengan lembut namun afirmatif membuat jamaah tenggelam dalam suasana kontemplatif.
Kehadiran anggota DPRK Aceh Besar Satria Maulana Putra pun memberi warna tersendiri. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan bahwa kegiatan seperti Safari Subuh ini tidak hanya mempererat sisi spiritual umat, namun juga mempererat tali persaudaraan dan membangun kedekatan antara masyarakat, ulama, dan tokoh.
Satria memandang program doktor sebagai salah satu bentuk dakwah yang efektif dan perlu terus diperluas karena berdampak langsung terhadap kehidupan sosial dan keagamaan warga.
Rangkaian kegiatan kemudian ditutup dengan silaturahmi yang hangat antara jamaah, panitia dan tokoh-tokoh yang hadir. Wajah penuh ketenangan pun terlihat usai menerima pesan inspiratif dari Abu Mudi.
Safari Sabtu Pagi kembali membuktikan diri sebagai wadah yang mempersatukan umat dalam beribadah, berilmu, dan persaudaraan—menghidupkan kembali semangat kebersamaan yang telah menjadi kekuatan masyarakat Aceh sejak lama.()
NewsRoom.id









