Gus Yahya, Kiai Miftahul Ahyar, dan Gus Ipul semuanya harus dicopot

- Redaksi

Jumat, 5 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

– Polemik di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin parah. Setelah sebelumnya Rais Aam PBNU KH Miftahul Ahyar mencopot Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, selanjutnya Gus Yahya mencopot Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Bendahara Umum Gudfan Arif.

Ulama karismatik NU yang juga Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet, KH Faris Fuad Hasyim mengaku sangat kecewa melihat polemik yang terjadi di lingkungan PBNU saat ini.

Jujur wallahi, billahi saya sangat kecewa, kata putra eks Rais Syuriah PBNU, KH Fuad Hasyim Buntet, dalam video ceramahnya yang viral di berbagai platform media sosial, dikutip Kamis (4/12/2025).

Melihat kondisi kerusakan yang terjadi di lingkungan PBNU saat ini, menurut Gus Faris, tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja, melainkan kesalahan kolektif.

“Tidak hanya Ketua Umum PBNU yang harus dicopot, Rais Aam juga harus dicopot, dan Sekjen Gus Ipul juga harus dicopot,” kata Gus Faris.

Dalam sambutannya pada kajian agama, Gus Faris menjelaskan, sepanjang sejarah PBNU, kepengurusan pada masa kepemimpinan KH Miftahul Ahyar, Gus Yahya, dan Gus Ipul dinilai paling banyak bermasalah.

Padahal, permasalahan besar di tubuh PBNU terjadi sesaat setelah terbentuknya kepengurusan PBNU usai Kongres Lampung akhir tahun 2021, yakni diangkatnya Mardani H Maming sebagai Bendahara Umum PBNU.

Baru beberapa saat menjabat sebagai Bendahara Umum, PBNU diguncang gejolak hebat karena baru kali ini sepanjang sejarah ada pengurus inti aktif PBNU yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Mantan Bupati Tanah Bumbu ini kemudian dinyatakan bersalah dalam kasus suap penerbitan izin usaha pertambangan dan operasi produksi (IUP OP) di kawasan Tanah Bumbu.

Mardani Maming divonis 12 tahun penjara, namun kemudian kasasinya dikabulkan Mahkamah Agung dan hukumannya dipotong menjadi 10 tahun penjara.

“Itu memalukan bagi NU. Lucunya, Ketua Umum PBNU saat jumpa pers mengatakan, 'Saya ingin memberikan bantuan hukum kepada Mardani Maming'. Dalam hati saya berkata, untuk apa memberikan bantuan hukum, apa hubungannya dengan PBNU?” katanya.

Menurut Gus Faris, Mardani Maming ditangkap KPK karena kasus suap pertambangan.

Seharusnya pernyataannya tidak seperti itu. Seharusnya pernyataannya, 'Saya akan berhenti menjadi pengurus PBNU, sampai kasus hukum ini selesai, kita hormati penegakan hukum di negeri ini, kita hormati supremasi hukum di negeri ini,' ujarnya.

Isu besar kedua adalah persoalan pengelolaan tambang yang menyulut banyak faksi di lingkungan PBNU.

Menurut dia, konflik di tubuh PBNU yang terjadi saat ini bukan soal tindakan Gus Yahya mengundang tokoh Yahudi Peter Berkowitz ke Indonesia, melainkan soal pengelolaan pertambangan yang memicu perpecahan di tubuh PBNU.

“Isu Yahudi hanya kamuflase. Ini soal pengelolaan pertambangan yang memunculkan berbagai faksi. Mereka semua menginginkan pengelolaan pertambangan yang diberikan Presiden Jokowi kepada NU, ini sesuai keinginan masing-masing,” ujarnya.

Menurut dia, pergerakan elite PBNU terkait pertambangan tidak berorientasi pada kesejahteraan NU sebagai organisasi keagamaan Islam terbesar, melainkan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi serta kelompok fraksi di lingkungan PBNU.

Bahkan, pada tahun 2012, Institut Bahsul Masail NU memutuskan bahwa swasta dilarang mengelola tambang. Kemudian pada tahun 2024, PBNU mendapat hadiah dari Presiden Jokowi untuk mengelola tambang tersebut.

Dan itu diamini oleh Ketua Umum PBNU, Sekjen PBNU, dan Rais Aam PBNU. Lucu…! NU yang membuat undang-undang, NU sendiri yang melanggar, ujarnya.

Ketiga, Gus Faris mengutip pernyataan Mahfud MD, pada kepemimpinan PBNU KH Hasyim Muzadi, NU bersama Muhammadiyah meminta Mahkamah Konstitusi (MK) membubarkan segala jenis lembaga atau badan yang terkait dengan pengelolaan pertambangan karena merupakan gudangnya korupsi yang bernilai triliunan. Mahkamah Konstitusi kemudian membubarkan BP Migas.

Ironisnya, saat ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama justru berkonflik karena pengelolaan pertambangan, ujarnya. ***



NewsRoom.id

Berita Terkait

Para Ilmuwan Telah Menemukan Organisme yang Melanggar Aturan Emas Biologi
KSAD Maruli Heboh Bilang Starlink Pakai Pulsa, Netizen: Menurutmu Itu Modem Smartfren?
Saham SSP Melonjak 11% Karena Pendapatan FY25 dan Outlook Kereta Api Eropa
“Zona Bahaya” DNA yang Baru Ditemukan Dapat Mengubah Pengetahuan Kita Tentang Penyakit Manusia
Ilmuwan Mengungkap Struktur Mirip Gel yang Mungkin Menjadi Bahan Bakar Kehidupan di Bumi
Bencana di Sumatera akibat curah hujan yang tinggi
Bencana di Sumatera akibat curah hujan yang tinggi
AI Kini Menafsirkan Keringat Anda untuk Mengenali Tanda Awal Penyakit

Berita Terkait

Jumat, 5 Desember 2025 - 16:48 WIB

Para Ilmuwan Telah Menemukan Organisme yang Melanggar Aturan Emas Biologi

Jumat, 5 Desember 2025 - 16:17 WIB

KSAD Maruli Heboh Bilang Starlink Pakai Pulsa, Netizen: Menurutmu Itu Modem Smartfren?

Jumat, 5 Desember 2025 - 15:46 WIB

Gus Yahya, Kiai Miftahul Ahyar, dan Gus Ipul semuanya harus dicopot

Jumat, 5 Desember 2025 - 14:13 WIB

Saham SSP Melonjak 11% Karena Pendapatan FY25 dan Outlook Kereta Api Eropa

Jumat, 5 Desember 2025 - 13:42 WIB

“Zona Bahaya” DNA yang Baru Ditemukan Dapat Mengubah Pengetahuan Kita Tentang Penyakit Manusia

Jumat, 5 Desember 2025 - 12:40 WIB

Bencana di Sumatera akibat curah hujan yang tinggi

Jumat, 5 Desember 2025 - 12:09 WIB

Bencana di Sumatera akibat curah hujan yang tinggi

Jumat, 5 Desember 2025 - 10:05 WIB

AI Kini Menafsirkan Keringat Anda untuk Mengenali Tanda Awal Penyakit

Berita Terbaru