– Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengeluarkan klarifikasi sekaligus permintaan maaf usai menjadi sorotan publik negara tetangga terkait pernyataannya terkait bantuan Malaysia untuk korban bencana Aceh.
Klarifikasi tersebut disampaikan Tito usai menghadiri pelantikan anggota Komisi Yudisial dan Duta Besar RI di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025.
Tito mengatakan, dirinya tidak berniat mengecilkan dukungan Malaysia. Ia memahami video klip yang viral tersebut menimbulkan kesalahpahaman dan sentimen negatif di dunia maya.
“Saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bantuan, dukungan masyarakat Malaysia untuk Aceh, tidak, saya tidak bermaksud sama sekali. Kalau ada salah paham, saya minta maaf,” kata Tito.
Dijelaskannya, pernyataannya saat menghadiri acara Helmy Yahya Talk pada Sabtu, 13 Desember 2025, terkait mekanisme penerimaan bantuan luar negeri dan perbandingan nilai bantuan terhadap anggaran pemerintah Indonesia.
Tito menilai, banyak upaya yang dilakukan pemerintah sejak hari pertama bencana terjadi, namun tidak semuanya terekam media.
Menurut Mendagri, substansi sambutannya sebenarnya ingin menegaskan bahwa apresiasi juga perlu diberikan terhadap kerja-kerja pemerintah pusat dan daerah yang dinilai tidak terlalu terekspos.
“Mohon apresiasi juga, hal-hal seperti itu, mohon apresiasi juga terhadap upaya pemerintah pusat, pemerintah daerah, relawan, donatur, dan banyak daerah di tanah air yang saya lihat masih sedikit cakupannya,” kata Tito.
Ia menegaskan, kedekatan hubungan Indonesia dan Malaysia tidak terpengaruh dengan polemik tersebut. Tito mengaku sudah lama menjalin hubungan dengan pejabat Malaysia sejak masih bertugas di kepolisian.
“Saya sangat menghormati masyarakat Malaysia, pemerintah Malaysia, para senior di Malaysia, dan sesama diaspora. Saya menjalin hubungan baik sejak awal,” ujarnya.
Sebelumnya dalam acara Helmy Yahya Talk, Tito menyinggung bantuan kesehatan dari Malaysia yang disebut-sebut nilainya tidak lebih dari Rp 1 miliar, namun lebih disorot dibandingkan kontribusi pemerintah.
“Itu tidak bernilai Rp1 miliar, kurang lebih Rp1 miliar,” kata Tito. “Kalau kita punya cukup Rp 1 miliar, kita punya anggaran yang jauh lebih besar dari itu,” kata Tito.
Tito menilai, bantuan luar negeri tidak boleh bernilai kecil jika dibandingkan dengan anggaran pemerintah sehingga justru memberikan kesan negatif bagi Indonesia.
“Jadi jangan sampai muncul gambaran seolah-olah mendapat bantuan dari negara lain, padahal (nilainya) tidak seberapa dibandingkan kemampuan kita, (Indonesia) lebih dari itu,” ujarnya.
NewsRoom.id









