NEWSROOM.ID, Jakarta – Helium-3 merupakan gas yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik fusi nuklir di masa depan. Ada sangat sedikit helium-3 yang tersedia di Bumi. Namun, diperkirakan ada persediaan yang sangat melimpah di Bulan.
Kekuatan dashyat yang dimiliki Helium-3 ini membuat beberapa negara berlomba-lomba melakukan perjalanan ke Bulan untuk menambang helium-3 sebagai pasokan bahan bakar. Rencana semacam itu dapat membuahkan hasil dalam dua hingga tiga dekade ke depan dan memicu Perlombaan Luar Angkasa baru.
Helium adalah unsur paling melimpah kedua di alam semesta. Ini tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Para ilmuwan memperkirakan bahwa ada satu juta ton helium-3 dapat ditemukan di tanah bulan, yang disebut regolith. Jenis helium yang paling umum dikenal sebagai helium-4, karena memiliki dua neutron dan dua proton.
Helium-3 memiliki sifat seperti kemampuan untuk mengurangi suhu hingga mendekati nol mutlak. Itu bisa sangat berguna dalam cryogenics , dan bahkan menawarkan alternatif non-radioaktif untuk pencitraan medis. Hal tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi senjata nuklir.
Namun, penggunaan yang paling banyak dicari adalah energi. Helium-3 dapat menghasilkan apa yang dikenal sebagai fusi nuklir, fisi nuklir dari Helium-3 ini berbeda dengan reaktor nuklir saat ini.
Fusi nuklir bukanlah hal yang mudah, terdapat tantangan untuk menangkap apa yang dikenal sebagai neutron ‘cepat’ yang dilepaskan selama proses tersebut, menciptakan pemborosan energi. Helium-3 dapat mengatasi hal tersebut, karena Helium-3 memiliki satu neutron, dan tidak ada yang neuron cepat. Tentu hal in yang membuat Helium-3 menjadi bahan bakar yang sempurna.
Reaksi nuklir yang menggunakan Helium-3 dan deuterium menciptakan helium normal dan proton, yang membuang lebih sedikit energi dan lebih mudah ditampung. Oleh karena itu, reaktor fusi nuklir yang menggunakan Helium-3 dapat menyediakan bentuk tenaga nuklir yang sangat efisien tanpa limbah dan radiasi.
Salah satu Kepala Ilmuan dari Program Ekspolarasi Bulan China Profesor Ouyang Ziyuan mengatakan, jika Helium-3 dapat menjadi energi bagi bumi, manusia tidak lagi memikirkan bumi akan kekurangan energi. “menyelesaikan permintaan energi umat manusia setidaknya selama sekitar 10.000 tahun,” katanya.
Helium-3 dengan banyak hanya 25 ton bisa memberikan daya ke seluruh negara selama setahun. Namun, langkanya Helium-3 saat ini keberadaanya di bumi hanya ada 100 kilogram.
Pada tahun 2013 lalu, China berhasil mendaratkan wahana Chang’e bersama kendaraan penjelajah bulan Yutu. Kendaraan penjelajah Yutu akan menyelidiki wilayah Bulan, dibekali dengan radar yang bisa mendeteksi adanya mineral berharga. Salah satu mineral berharga yang diharapkan bisa ditemukan adalah Helium-3.
Kemudian, China menjalin kerja sama dengan Rusia untuk membuat pangkalan di bulan mulai 2035. Pangkalan ini akan menyaingi Lunar Gateway NASA, sebuah stasiun luar angkasa Amerika Serikat yang akan mengorbit di bulan.
Wakil direktur China National Space Administration (CNSA) Wu Yanhua mengatakan, sudah sepakat dengan Rusia untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur dasar International Lunar Research Station (ILRS) pada tahun 2035. “Kami sudah sepaat untuk membangun pangakaln di bulan bersama,” katanya pada 29 Januari 2022 lalu.
Dengan adanya persetujuan tersebut, maka akan dijalankan tiga misi pendaratan wahana Chang’e-6, Chang’e-7, dan Chang’e-8 sebelum 2030.
Chang’e-7 akan mendarat di kutub selatan bulan untuk mencari air dan survei lingkungan di kawasan bulan, lalu Chang’e-8 akan memandu ekspliutasi sumber daya alam di kutub selatan bulan.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) hendak membangun reaktor nuklir di bulan. NASA merilis permintaan proposal penelitian mengenai sistem fisi nuklir di antariksa pada 19 November 2021 lalu.
NASA bersama Departemen Energi Amerika Serikat (DOE) telah memilih tiga proposal dari tiga perusahaan untuk merancang konsep desain sistem tenaga nuklir untuk demonstrasi di bulan. Kontrak berjangka waktu 12 bulan tersebut masing-masing bernilai sekitar 5 juta dolar AS.
Proyek tersebut rencananya akan diluncurkan pada 2030. Ketiga perusahaan tersebut adalah Lockheed Martin dari Maryland, Westinghouse dari Cranberry Township, Pennsylvania, serta IX dari Houston, Texas.
Menurut Direktur Idaho National Laboratory, John Wagner, proyek ini merupakan langkah pertama yang dicapai Amerika Serikat untuk membangun tenaga nuklir di bulan.
“Saya menantikan untuk melihat apa yang akan dicapai oleh masing-masing tim ini,” kata Wagner. (LBY)