Dampak Cerah dari Bencana Eksoplanet

- Redaksi

Selasa, 20 Februari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi ini menggambarkan dampak tabrakan antara dua eksoplanet raksasa. Yang tersisa hanyalah inti planet yang panas dan cair serta awan debu dan puing-puing yang berputar-putar dan bersinar. Kredit: Mark A. Garlick

Para peneliti telah menemukan bukti yang sangat besar planet ekstrasurya tabrakan, yang ditandai dengan awan gas dan debu yang bersinar, melalui pengamatan fluktuasi kecerahan bintang-bintang muda yang tidak biasa.

Awan kosmik, bersinar dengan luminositas yang tidak biasa, telah mengungkapkan dampak dari tabrakan dahsyat di kosmos. Penemuan ini memberikan bukti kuat tentang sifat alam semesta kita yang dinamis dan terkadang penuh kekerasan.

Fakta-fakta kunci

Bahkan di tata surya kita, para ilmuwan telah melihat bukti adanya tabrakan planet raksasa sejak dahulu kala. Petunjuk yang tersisa adalah seperti UranusKemiringan bumi dan kehadiran bulan menunjukkan saat-saat dalam sejarah kita ketika planet-planet di lingkungan bintang kita bertabrakan satu sama lain, selamanya mengubah bentuk dan tempatnya di orbit. Para ilmuwan yang mengamati exoplanet jauh di luar tata surya kita dapat menemukan bukti serupa bahwa, di seluruh alam semesta, planet-planet terkadang bertabrakan. Dalam studi baru ini, bukti dampaknya berasal dari awan debu dan gas dengan luminositas yang berfluktuasi secara aneh.

Detail Pengamatan

Para ilmuwan sedang mengamati bintang muda mirip Matahari (berusia 300 juta tahun) ketika mereka menyadari sesuatu yang aneh: kecerahan bintang tiba-tiba turun secara signifikan. Sebuah tim peneliti mengamati lebih dekat dan mereka menemukan bahwa, tepat sebelum penurunan ini, bintang tersebut menunjukkan lonjakan luminositas inframerah secara tiba-tiba.

Saat mempelajari bintang tersebut, tim menemukan bahwa luminositas ini bertahan selama 1.000 hari. Namun 2,5 tahun setelah peristiwa terang ini, bintang tersebut tiba-tiba terhalang oleh sesuatu sehingga menyebabkan penurunan kecerahan secara tiba-tiba. Gerhana ini berlangsung selama 500 hari.

Tim menyelidiki lebih lanjut dan menemukan bahwa penyebab di balik lonjakan luminositas dan gerhana adalah awan gas dan debu raksasa yang bersinar. Dan kemungkinan besar penyebab terbentuknya awan secara tiba-tiba yang menyebabkan terjadinya gerhana? Tabrakan kosmik antara dua eksoplanet, salah satunya kemungkinan mengandung es, menurut para peneliti.

Dalam studi baru yang merinci peristiwa-peristiwa ini, para ilmuwan memperkirakan bahwa dua planet ekstrasurya raksasa dengan massa beberapa hingga puluhan massa Bumi bertabrakan satu sama lain, menciptakan lonjakan inframerah dan awan. Tabrakan seperti ini akan melelehkan kedua planet, meninggalkan satu inti cair yang dikelilingi awan gas, batuan panas, dan debu.

Setelah tumbukan, awan ini, yang masih berisi sisa-sisa tumbukan yang panas dan bercahaya, terus mengorbit bintang, akhirnya bergerak maju dan melampaui bintang.

Fakta Menarik dan Penelitian Masa Depan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data arsip dari NASAmisi WISE yang sekarang sudah pensiun – pesawat ruang angkasa terus beroperasi dengan nama NEOWISE. Bintang ini pertama kali terdeteksi

pada tahun 2021 oleh survei robot berbasis darat ASAS-SN (All-Sky Automated Survey for Supernovae).

Meski data ini mengungkap sisa-sisa tabrakan planet ini, namun pancaran cahaya dari tabrakan tersebut masih bisa dilihat oleh teleskop seperti milik NASA. Teleskop Luar Angkasa James Webb. Faktanya, tim peneliti di balik penelitian ini sudah menyusun proposal untuk mengamati sistem dengan Webb.

Penelitian bertajuk “Tabrakan planet sisa-sisa cahaya dan transit awan puing yang dihasilkan” diterbitkan di Alami oleh penulis utama Matthew Kenworthy dengan 21 rekan penulis.

Referensi: “Sisa tabrakan planet dan akibat transit awan puing” oleh Matthew Kenworthy, Simon Lock, Grant Kennedy, Richelle van Capelleveen, Eric Mamajek, Ludmila Carone, Franz-Josef Hambsch, Joseph Masiero, Amy Mainzer, J. Davy Kirkpatrick, Edward Gomez , Zoë Leinhardt, Jingyao Dou, Pavan Tanna, Arttu Sainio, Hamish Barker, Stéphane Charbonnel, Olivier Garde, Pascal Le Dû, Lionel Mulato, Thomas Petit dan Michael Rizzo Smith, 11 Oktober 2023, Alami.
DOI: 10.1038/s41586-023-06573-9



NewsRoom.id

Berita Terkait

Vaksin Herpes Zoster Mengurangi Risiko Demensia sebesar 20%, Studi Stanford Mengungkapkan
Kebiasaan minum kopi setiap hari ini dapat membantu memperlambat proses penuaan
Kakak Mahfud MD Ungkap Bukti Ijazah S1 Palsu Dijual Rp 500 Ribu, Dibuat Menggunakan Photoshop
Bagaimana Lumut Memecahkan Misteri yang Tidak Pernah Diduga Para Ilmuwan
Ilmuwan Memecahkan Misteri Bayi Pterosaurus Solnhofen Berusia 150 Juta Tahun
KPK Buka Kemungkinan Usut Pj Gubernur Riau
Danau K'gari yang Terkenal di Dunia Mungkin Berisiko Mengering
Terkait Rapat Paripurna, Gus Yahya menyinggung putusan Syuriyah yang bermasalah

Berita Terkait

Senin, 8 Desember 2025 - 03:10 WIB

Vaksin Herpes Zoster Mengurangi Risiko Demensia sebesar 20%, Studi Stanford Mengungkapkan

Senin, 8 Desember 2025 - 02:39 WIB

Kebiasaan minum kopi setiap hari ini dapat membantu memperlambat proses penuaan

Senin, 8 Desember 2025 - 01:38 WIB

Kakak Mahfud MD Ungkap Bukti Ijazah S1 Palsu Dijual Rp 500 Ribu, Dibuat Menggunakan Photoshop

Minggu, 7 Desember 2025 - 23:34 WIB

Bagaimana Lumut Memecahkan Misteri yang Tidak Pernah Diduga Para Ilmuwan

Minggu, 7 Desember 2025 - 23:02 WIB

Ilmuwan Memecahkan Misteri Bayi Pterosaurus Solnhofen Berusia 150 Juta Tahun

Minggu, 7 Desember 2025 - 19:26 WIB

Danau K'gari yang Terkenal di Dunia Mungkin Berisiko Mengering

Minggu, 7 Desember 2025 - 18:24 WIB

Terkait Rapat Paripurna, Gus Yahya menyinggung putusan Syuriyah yang bermasalah

Minggu, 7 Desember 2025 - 16:20 WIB

Puluhan Tahun Kemudian, Para Ilmuwan Akhirnya Menjelaskan Pembacaan Aneh Voyager 2 tentang Uranus

Berita Terbaru