NewsRoom.id – Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah video berjudul 'Catatan Anies Pasca-Pilpres dan Pendaftaran Pilkada', tepat sehari setelah pendaftaran calon kepala daerah untuk Pilkada Serentak 2024 ditutup.
Dari video yang diunggah melalui kanal YouTube pribadinya pada Jumat (30/8) sore, Anies tampak mengenakan kemeja biru tua lengan panjang yang digulung. Lukisan Pangaren Diponegoro dan tombak Cakra yang diperolehnya saat berziarah ke makam raja-raja Mataram Islam pada 2023 menjadi latar ruangan saat ia menyampaikan pidatonya.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Dalam video berdurasi 14:45 menit itu, Anies sempat menyinggung soal parpol yang disandera aparat. Hal itu sekaligus menjawab tuntutan agar dirinya menjadi kader parpol.
“Ada yang mengusulkan agar saya bergabung dengan partai atau membuat parpol. Nah, kalau saya bergabung dengan partai, pertanyaannya, partai mana yang saat ini tidak tersandera oleh kekuasaan,” kata Anies.
Ia kemudian menyinggung soal kegagalan langkahnya maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2024. Menurutnya, ada satu partai yang langsung diancam hanya karena ingin mencalonkannya.
“Jangankan masuk, mencalonkan diri saja sudah terancam. Itu juga cukup berisiko bagi yang mengusulkan, jadi ini kenyataan,” katanya.
Namun, setelah melihat gelombang gerakan perubahan yang terjadi akhir-akhir ini, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu mengaku tengah mempertimbangkan untuk membentuk partai politik atau organisasi kemasyarakatan (ormas).
Menurutnya, gelombang gerak yang terjadi harus ditampung dalam suatu wadah agar tidak cepat padam.
“Jadi membangun ormas atau membangun partai baru, mungkin itu jalan yang akan kita tempuh. Kita lihat bersama-sama ke depannya, mudah-mudahan tidak terlalu lama,” kata Anies.
Ia pun meminta maaf kepada masyarakat miskin kota di Jakarta karena gagal maju di Pilgub DKI Jakarta 2024. Ada rasa sesal karena aspirasi yang telah diamanahkan kepadanya tidak dapat terwujud.
Namun, ia menegaskan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Kepada para pendukungnya dan warga Jakarta, ia mengatakan masih ada cara lain untuk berjuang.
“Bukan berarti perjuangan kita berhenti dan bukan berarti usaha kita berhenti sampai di sini saja, tidak,” kata Anies.
“Dengan cara lain, kita akan bekerja sama untuk memperbaiki kondisi masyarakat miskin perkotaan yang saat ini tengah menghadapi tantangan besar,” tegasnya.
Lukisan Diponegoro dan Tombak Cakra Simbol Perlawanan?
Anies mengaku tidak ada makna khusus pada lukisan Pangeran Diponegoro dan tombak Cakra yang ada di kamarnya juga tidak memiliki makna apa pun.
Kedua benda itu dikatakan telah dipajang di sana dalam waktu yang lama.
“Ya, itu sudah lama ada di sana. Itu bukan barang baru, itu sudah lama ada di sana. Intinya, lukisan itu sudah lama ada di sana,” kata Anies di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Jumat (30/8) malam.
Ia juga membantah bahwa pakaiannya menyampaikan pesan perlawanan, dan mengatakan ia telah lama mengenakan warna biru tua.
Ia lalu mencontohkan warna rompi yang kerap dikenakannya saat masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.
“Saya sudah lama pakai baju navy. Waktu saya ditugaskan di Jakarta, rompinya warna navy. Lihat saja fotonya dari tahun ke tahun, warnanya konsisten,” kata Anies.
“Pada dasarnya, saya selalu menggunakan warna itu. Saya sudah menggunakan warna itu sejak lama,” imbuhnya.
Pegiat sejarah, Yosef Kelik menilai lukisan Pangeran Diponegoro dan tombak Cakra yang dipajang Anies sebagai latar videonya justru sarat makna dan simbolisme.
Menurutnya, mulai dari warna pakaiannya, lukisannya, hingga tongkatnya, semuanya dapat direpresentasikan sebagai simbol perlawanan.
“Warna biru bajunya, lukisan Diponegoro di latar belakang, tongkatnya, semuanya menunjukkan bahwa dia bagian dari perlawanan, oposisi,” kata Kelik kepada ERA.id, Sabtu (31/8/2024).
Di sisi lain, menurut Kelik, simbol-simbol tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Anies layak menjadi pemimpin.
“Dan dia awalnya mengklaim bahwa dia layak menjadi seorang pemimpin,” kata Kelik.
NewsRoom.id