– Warga di Sumut mengkritisi pernyataan Bahlil Lahadalia yang menyatakan stok bahan bakar mencukupi, saat mengaku kekurangan bahan bakar selama lima hari.
Ketika Kementerian ESDM menyatakan pasokan BBM di Sumatera, khususnya di wilayah terdampak bencana di Sumut dalam kondisi baik, muncul harapan bahwa krisis BBM bisa teratasi.
Dalam wawancaranya, Bahlil menyampaikan bahwa “stok di wilayah Sumatera khususnya Sumut cukup”.
Namun, di tengah konferensi pers, seorang warga dengan lantang menepis anggapan tersebut, “tidak cukup pak, di sini kosong.”
Lanjutnya dengan keluhan yang menggema, “Sudah 5 hari di sini tanpa bahan bakar, Pak.”
Pernyataan warga tersebut sontak menyulut keheningan, kemudian menyulut kemarahan dan kekecewaan masyarakat.
Bagi banyak netizen, suara ini mewakili jutaan orang yang merasa terabaikan dalam pendistribusian kebutuhan pokok pasca bencana.
Setelah beberapa hari dilanda banjir bandang dan tanah longsor, sejumlah wilayah di Sumut dilaporkan mengalami kerusakan infrastruktur parah.
Akibatnya, distribusi logistik termasuk bahan bakar terhambat.
Banyak SPBU yang dilaporkan kehabisan stok, sementara warga berbondong-bondong mengantri berharap mendapatkan sisa persediaan.
Kekurangan ini tidak hanya terjadi pada stok di gudang pusat, namun juga pada akses distribusi.
Banyak daerah yang terisolasi karena jalan rusak atau terputus sehingga pasokan tidak dapat menjangkau masyarakat secara merata.
Stok Cukup, Tapi Distribusi Terganggu
Mendapat protes keras dari warga dan masyarakat, Bahlil akhirnya mengakui meski stok sebenarnya tersedia, namun distribusi menjadi kendala utama.
Dia menjelaskan, akses logistik melalui jalur darat menjadi satu-satunya jalur yang mungkin saat ini terhambat akibat kerusakan jalan.
Pemerintah menyatakan sedang berupaya mempercepat perbaikan infrastruktur agar truk tangki bisa menembus wilayah terpencil.
Dengan begitu, pasokan bahan bakar diharapkan bisa segera merata.
Namun hingga saat ini belum ada kepastian kapan distribusi akan kembali normal.
Bagi warga yang sudah lima hari menunggu tanpa perbekalan, penjelasan ini terasa lamban dan tidak menjawab kebutuhan daruratnya.
Krisis bahan bakar pascabencana di Sumatera Utara mengingatkan kita bahwa distribusi logistik sama pentingnya dengan ketersediaan stok.
Pasokan dalam jumlah besar akan percuma jika jalur distribusi terputus, dan hal inilah yang kini dirasakan warga.
Dialog panas antara Bahlil dan warga yang viral bukan sekadar kejadian media, melainkan cerminan nyata ketidakpuasan masyarakat terhadap respons penanggulangan bencana.
Agar kepercayaan masyarakat kembali pulih, pemerintah perlu mempercepat perbaikan akses dan transparansi distribusi, bukan sekadar mengklaim stok aman.
Warga sudah menunggu terlalu lama. Suara mereka bukan sekedar protes tapi seruan mendesak agar hak-hak dasar terpenuhi. ***
NewsRoom.id








